Kenapa Harus Investasi Saham?

Kenapa harus investasi saham

Setiap hari kita bekerja keras mengejar gaji, bonus, atau promosi. Tapi sering kali, kita lupa satu hal penting, uang hasil kerja itu juga harus bekerja untuk kita. Di sinilah investasi berperan dan saham adalah salah satu instrumen yang paling potensial untuk pertumbuhan kekayaan jangka panjang.

Namun, banyak orang masih merasa ragu. “Apa saham tidak terlalu berisiko?” atau “Bukankah harus ahli dulu baru bisa investasi saham?” Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut secara menyeluruh dan objektif, agar Anda dapat membuat keputusan finansial yang cerdas dan berdasarkan pemahaman, bukan spekulasi.

Apa Itu Investasi Saham?

Investasi saham berarti Anda membeli sebagian kepemilikan perusahaan publik. Jika perusahaan itu berkembang dan menghasilkan laba, nilai saham Anda pun berpotensi naik dan Anda bisa mendapatkan keuntungan, baik melalui dividen maupun capital gain. Berbeda dengan menabung yang sifatnya defensif dan hanya melawan inflasi, investasi saham bersifat ofensif, bertujuan mengalahkan inflasi dan menciptakan growth dalam jangka panjang.

Manfaat Investasi Saham

1. Potensi Imbal Hasil yang Tinggi

Tidak bisa dipungkiri, saham merupakan salah satu instrumen investasi dengan return tertinggi dalam jangka panjang, bahkan mengalahkan emas dan properti dalam banyak studi ekonomi global.

Contoh nyata di Indonesia:

  • Saham BBCA (Bank Central Asia) tumbuh dari sekitar Rp500 per saham (setelah penyesuaian) pada awal 2000-an menjadi di atas Rp9.000-an pada 2025. Itu pertumbuhan lebih dari 1.500% dalam dua dekade.
  • Saham BBRI secara konsisten memberikan dividen dan apresiasi harga yang stabil seiring tumbuhnya sektor UMKM.

2. Dividen sebagai Pendapatan Pasif

Beberapa saham rutin membagikan dividen setiap tahun. Jika Anda konsisten mengumpulkan saham dividen seperti UNVR, TLKM, atau BJBR, maka Anda bisa menikmati cash flow tahunan tanpa menjual saham tersebut.

3. Likuiditas Tinggi

Saham mudah dibeli dan dijual kapan pun selama jam bursa. Ini berbeda dengan aset seperti properti yang bisa butuh waktu berbulan-bulan untuk diuangkan.

4. Mudah Diakses dan Transparan

Saat ini membuka akun saham bisa dilakukan lewat ponsel dalam waktu kurang dari 30 menit. Semua informasi keuangan perusahaan juga tersedia di publik dan diawasi ketat oleh OJK, menjadikannya salah satu instrumen paling transparan.

5. Bisa Dimulai dari Nominal Kecil

Tak perlu menunggu punya ratusan juta. Anda bisa mulai beli saham blue chip seperti TLKM atau BBRI hanya dengan ratusan ribu rupiah (1–2 lot).

Risiko Investasi Saham

Tentu, tidak ada investasi tanpa risiko. Yang penting adalah memahami risiko tersebut dan memiliki strategi untuk mengelolanya.

1. Fluktuasi Harga (Volatilitas)

Harga saham bisa naik dan turun setiap hari. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi ekonomi, sentimen pasar, bahkan rumor.
Contoh:
  • Saham-saham teknologi bisa melonjak tajam saat pandemi, lalu turun drastis begitu tren berubah.
  • Investor yang tidak memahami fluktuasi ini bisa panik dan menjual rugi.

2. Risiko Bisnis dan Industri

Perusahaan bisa mengalami penurunan laba atau bahkan kebangkrutan karena persaingan, salah kelola, atau perubahan teknologi.
Contoh: 
  • Saham emiten retail seperti RIMO atau MPPA pernah berjaya, tapi kesulitan adaptasi terhadap e-commerce membuat nilainya turun tajam.

3. Risiko Psikologis

Banyak investor kalah bukan karena salah pilih saham, tapi karena panik, serakah, atau ikut-ikutan (herd behavior). Psikologi memegang peranan besar dalam dunia saham.

Investasi Saham vs Instrumen Lain

Instrument Potensi Imbal Hasil Risiko Likuiditas Kebutuhan Modal
Saham Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Deposito Rendah Sangat Rendah Tinggi Menengah
Emas Menengah Menengah Sedang Menengah
Properti Menengah Menengah Rendah Tinggi
Obligasi Rendah – menengah Rendah Menengah Sedang

Bagi profesional muda, saham menawarkan kombinasi unik antara potensi imbal hasil yang tinggi dan aksesibilitas modal yang rendah, ideal untuk mulai membangun kekayaan dari usia produktif.

Apakah Investasi Saham Cocok untuk Semua Orang?

Tidak selalu. Investasi saham cocok untuk Anda jika:
  • Siap menabung untuk jangka panjang (minimal 3–5 tahun).
  • Punya cadangan dana darurat (3–6 bulan pengeluaran).
  • Bersedia belajar dan mengikuti perkembangan ekonomi.
  • Tidak terburu-buru ingin kaya dalam semalam.
Namun, jika Anda membutuhkan dana dalam jangka pendek atau tidak siap menghadapi fluktuasi, lebih baik pertimbangkan instrumen yang lebih stabil seperti deposito atau reksa dana pasar uang.

Strategi Investasi Saham untuk Profesional Sibuk

1. Dollar Cost Averaging (DCA)

Strategi ini cocok untuk pekerja kantoran. Anda cukup menyisihkan dana rutin (misal Rp1 juta per bulan) untuk beli saham tertentu, tanpa peduli harga sedang naik atau turun. Tujuannya: menurunkan risiko harga beli dan membangun portofolio secara konsisten.

2. Fokus pada Saham Blue Chip

Alih-alih mengejar saham gorengan, lebih aman untuk fokus pada saham besar dan mapan seperti:
  • BBCA (Perbankan)
  • TLKM (Telekomunikasi)
  • UNVR (Barang konsumsi)
  • ASII (Otomotif dan diversifikasi)
  • ASII (Otomotif dan diversifikasi)

3. Gunakan Aplikasi Saham yang Ramah Pengguna

Beberapa aplikasi seperti Stockbit, Bibit, atau Ajaib menyediakan fitur auto-invest, informasi edukatif, dan analisis teknikal/fundamental yang mudah dipahami pemula.

Kesimpulan

Investasi saham bukan hanya untuk mereka yang bekerja di pasar modal. Sebaliknya, bagi pekerja kantoran dan profesional, saham bisa menjadi jembatan untuk mencapai kebebasan finansial dan menumbuhkan aset di luar gaji bulanan.

Manfaat utamanya adalah potensi return yang tinggi dan fleksibilitas modal, sedangkan risikonya bisa dikelola dengan pengetahuan, strategi jangka panjang, dan disiplin.
Satu-satunya penyesalan yang sering muncul dari investor sukses bukan karena pernah rugi, tetapi karena mereka tidak mulai lebih awal.

👉 Selanjutnya: Perbedaan Investasi Saham dan Trading Saham: Mana yang Cocok untukmu?