Investasi di pasar saham adalah salah satu cara paling populer untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang. Di antara berbagai strategi investasi yang tersedia, strategi beli dan simpan (buy and hold) atau lebih dikenal dengan istilah value investing adalah pendekatan yang sering digunakan oleh investor legendaris seperti Warren Buffett. Strategi ini menekankan pentingnya membeli saham perusahaan berkualitas dengan harga yang wajar, lalu menyimpannya dalam jangka waktu yang panjang, bahkan hingga puluhan tahun.
Artikel ini akan membahas secara lengkap prinsip-prinsip dasar value investing, kelebihan dan kekurangannya, serta bagaimana strategi ini dapat diterapkan oleh investor umum dalam membangun portofolio yang sehat dan berkelanjutan.
Apa Itu Value Investing?
Value investing adalah strategi investasi yang fokus pada membeli saham yang dinilai diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya. Investor yang menggunakan pendekatan ini percaya bahwa pasar kadang-kadang bereaksi berlebihan terhadap berita jangka pendek, sehingga menyebabkan harga saham tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.
Strategi ini tidak mencari keuntungan cepat dari fluktuasi harga harian, melainkan mencari keuntungan jangka panjang dari pertumbuhan nilai perusahaan.
Prinsip Utama Value Investing:
- Fokus pada nilai, bukan harga.
- Investasi dalam perusahaan berkualitas tinggi.
- Memiliki pandangan jangka panjang.
- Menghindari spekulasi dan tren sesaat.
- Mengandalkan analisis fundamental.
Perbedaan Value Investing dengan Strategi Lain
Strategi | Fokus Utama | Jangka Waktu | Pendekatan |
---|---|---|---|
Value Investing | Nilai intrinsik perusahaan | Panjang | Fundamental |
Growth Investing | Potensi pertumbuhan tinggi | Menengah-Panjang | Fundamental |
Trading | Pergerakan harga jangka pendek | Pendek | Teknikal/spekulatif |
Dividend Investing | Pendapatan pasif dari dividen | Panjang | Fundamental |
Ciri-Ciri Saham yang Cocok untuk Value Investing
Investor value biasanya mencari saham yang memiliki karakteristik berikut:
- Harga Saham di Bawah Nilai Intrinsik
- Harga pasar lebih rendah dari estimasi nilai perusahaan berdasarkan analisis.
- Kinerja Keuangan Stabil
- Pendapatan dan laba bersih stabil atau tumbuh konsisten.
- Rasio Keuangan yang Menarik
- PER (Price to Earnings Ratio) rendah
- PBV (Price to Book Value) rendah
- ROE (Return on Equity) tinggi
- DER (Debt to Equity Ratio) moderat
- Manajemen yang Kompeten dan Transparan
- Tata kelola perusahaan yang baik, terbuka terhadap publik.
- Reputasi dan Daya Saing yang Kuat
- Perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (economic moat).
Contoh Saham Value di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Berikut adalah beberapa saham yang sering dikategorikan sebagai saham value di BEI:
Kode Saham | Nama Perusahaan | Sektor | Keterangan |
---|---|---|---|
BBCA | Bank Central Asia Tbk | Perbankan | Kinerja konsisten, kapitalisasi besar |
UNVR | Unilever Indonesia Tbk | Barang Konsumsi | Merek kuat, stabil, rajin bagi dividen |
INDF | Indofood Sukses Makmur Tbk | Makanan & Minuman | Diversifikasi bisnis, valuasi menarik |
TLKM | Telkom Indonesia Tbk | Telekomunikasi | Pemimpin pasar, dividennya stabil |
⚠️ Daftar di atas bersifat edukatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.
Langkah-Langkah Menerapkan Value Investing
1. Pelajari Dasar-Dasar Keuangan Perusahaan
Mulailah dengan memahami laporan keuangan: laporan laba rugi, neraca, dan arus kas.
2. Gunakan Rasio Keuangan untuk Screening
Manfaatkan rasio seperti PER, PBV, ROE, dan DER untuk menilai valuasi dan efisiensi perusahaan.
3. Lakukan Analisis Industri
Pahami tren industri dan posisi perusahaan dalam sektor tersebut.
4. Perkirakan Nilai Intrinsik
Gunakan pendekatan seperti DCF (Discounted Cash Flow) atau pendekatan nilai buku.
5. Tentukan Margin of Safety
Beli saham jika harganya 20–30% di bawah nilai intrinsik sebagai perlindungan terhadap kesalahan analisis.
6. Bersabar dan Disiplin
Value investing membutuhkan kesabaran. Harga saham bisa tidak mencerminkan nilai sesungguhnya dalam waktu singkat.
Keuntungan Strategi Value Investing
✅ Lebih Aman di Jangka Panjang
Berinvestasi pada perusahaan berkualitas tinggi dengan harga wajar cenderung lebih stabil.
✅ Minim Aktivitas Trading
Cocok untuk investor yang tidak ingin memantau pasar setiap hari.
✅ Berpotensi Dividen
Banyak saham value yang juga merupakan dividend stocks.
✅ Menghindari Spekulasi
Berbasis data dan analisis mendalam, bukan tren atau rumor pasar.
Risiko dan Tantangan Value Investing
❌ Kesalahan dalam Menilai Nilai
Intrinsik
Perhitungan yang salah bisa membuat Anda membeli saham yang ternyata tidak undervalued.
❌ Butuh Waktu Panjang untuk
Profit
Tidak cocok bagi mereka yang mengharapkan keuntungan cepat.
❌ Value Trap
Kadang harga saham rendah bukan karena undervalued, tapi karena prospek buruk (saham jebakan).
Studi Kasus: Warren Buffett dan Coca-Cola
Salah satu contoh paling terkenal dari value investing adalah investasi Warren Buffett di Coca-Cola. Pada tahun 1988, ia membeli saham Coca-Cola saat pasar masih trauma akibat krisis, dan harga sahamnya belum pulih. Buffett melihat perusahaan dengan brand kuat dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Beberapa dekade kemudian, nilai investasinya tumbuh berlipat-lipat dan ia tetap menjadi pemegang saham utama hingga kini.
Apakah Strategi Ini Cocok untuk Anda?
Value investing cocok untuk Anda jika:
- Siap berinvestasi jangka panjang (5–10 tahun atau lebih)
- Suka menganalisis data dan laporan keuangan
- Tidak tergoda melakukan transaksi berdasarkan emosi atau rumor
- Menginginkan pertumbuhan stabil dan terukur dalam kekayaan
Kesimpulan
Value investing bukan sekadar strategi membeli saham murah, tetapi membeli saham bernilai yang dihargai lebih murah dari nilai sejatinya. Dengan pendekatan yang disiplin, sabar, dan berbasis analisis mendalam, strategi beli dan simpan bisa menjadi alat yang ampuh untuk membangun kekayaan jangka panjang.
Di tengah volatilitas pasar, pendekatan ini menawarkan
ketenangan, ketekunan, dan keyakinan bahwa investasi Anda akan tumbuh seiring
waktu — bukan karena spekulasi, tapi karena nilai nyata dari bisnis yang Anda
percayai.
👉 Selanjutnya: Apa Itu Dividen? Cara Mendapatkan Penghasilan Pasif dari Saham